Jumaat, 12 Januari 2018

AKHLUQUL KARIMAH

AKHLAQUL KARIMAH/AKHLAQUL MAHMUDAH AKHLAQUL KARIMAH/AKHLAQUL MAHMUDAH BERDASARKAN MUDAWAMATU DZIKRILLAH

Bismillaahirrahmaanirrahiem.

Alloh telah mengangkat derajat seseorang manusia, yang mana mereka itu suka mengendalikan HAWA NAFSU, sehingga Nabi pun memandang orang itu sebagai orang-orang yang melakukan "Jihadul Akbar" (perang besar), hal ini telah disabdakan oleh Nabi dikala perang Tabuk : Artinya : "Marilah kita kembali dari perang kecil menuju perang besar, yaitu perang dengan nafsu yang benar-benar musuhmu yang selalu terisi didalam dadamu".

Adapun maksudnya supaya ummat-ummat senantiasa berakhlaqul karimah budi yang mulia atau Akhlaqul Mahmudahl akhlaq yang terpuji, hingga dapat menyingkirkan akhlaqul madzmumah, yakni akhlaq yang tercela dan hina. Orang-orang pandai/cendikiawan berpendapat, terutama ulama-ulama Sufi, sungguh mulia manusia yang selalu bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sebab manusia yang demikian benar-benar tangguh, kuat imannya, ulet menghadapi musuhnya yang menjadi penyakit didalam hatinya,

dimana Alloh SWT. berfirman : Artinya : "Adapun manusia yang diisi penyakit-penyakit bathin (hati), yakni bujukan nafsu godaan setan, seperti takabur, iri dengki, jahat, dendam, serakah, memfitnah dsb. berakibat amal laku yang kotor (yang dapat menimbulkan bencana kepada keluarga dan masyarakat), begitulah memuncak menjadi amal laku yang keji (dapat menimbulkan malapetaka terhadap masyarakat dan negara), bahkan huru-hara kepada seluruh ummat manusia, mereka itu matinya tergolong orang-orang kafir".

Menurut para ahli tafsir : bahwa penyakit hati itu godaan setan dan bujukan nafsu, andaikata manusia mengikutinya maka timbullah daripadanya sifat-sifat buruk (madzmumah), seperti takabur, iri dengki, dan sebangsanya. Kesemua ini akan menimbulkan dampak negatif yaitu sifat kasar dan keji yang dipengaruhi oleh sifat hina, dan akhirnya timbullah masyarakat yang individualistis, dengan pengertian tidak ada lagi hubungan kasih sayang antara satu sama lainnya hilanglah dasar-dasar kegotong-royongan dan saling curiga mencurigai. Kemudian muncullah segala kehinaan, tersia-sialah kebenaran dan merajalelalah segala kebatilan dan kepasidan, sehingga tanda kejelekan dan kerusakan berjangkit ditengah-tengah masyarakat.

Demikianlah gambaran yang telah dijelaskan Al-Qur'an Kalam Qodim Alloh SWT, yang tidak bisa dirubah dan diragukan lagi. Demikian juga terjadinya peperangan fisik yang mengakibatkan terbunuhnya ribuan jiwa. sehingga kehidupan manusia menjadi sengsara dan menderita, ini diantaranya disebabkan tidak dapat mengendalikan hawa nafsu. Juga timbulnya kedzoliman dan kecurangan pun akibat manusia yang dijajah oleh hawa nafsunya atau penyakit hati.

Seandainya keadaan penyakit bathin (hati) dibiarkan berjalan dan berkembang terus, maka pembangunan ummat manusia, khususnya pembangunan bangsa kita akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal terutama tujuan pembangunan bangsa kita adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup yang seimbang antara kemakmuran dzohiriyyah dan kebahagiaan bathinlyyah, kebahagiaan dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat, dengan kata lain sifat pembangunan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah pembangunan yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Tentu saja disamping itupun bisa merembet kepada para remaja sebagai calon penerus di masa datang, sehingga bagi mereka merasa hari depannya suram, kacau dan tak menentu; kadang-kadang mereka juga ingin mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan itu dengan jalan berbahaya menurut pandangan agama dan negara, berbuat yang menyesatkan, yang akibatnya merugikan bangsa dan negara.

Hal ini diantaranya disebabkan oleh orang tuanya sendiri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. : Artinya : "Setiap manusia yang dilahirkan adalah dalam keadaan suci (fitroh), akan tetapi ayah bundanya (pemimpin) yang mewarnai anak itu, hingga jadi Yahudi atau Nasrani dan Majusi" Dengan kata lain ayah bunda (pimpinan) itu yang membawa dan memberi contoh baik buruknya sang putra.

Oleh karena itu kita arahkan dengan ajaran agama yang tepat, bisa meluruskan arah bathin yang telah rusak itu. Karena agama itu merupakan fitrah yang sudah melekat pada manusia semenjak ia dilahirkan, dan telah berurat berakar yang sangat dalam pada jiwanya. Sebagaimana Firman Alloh. SWT. dalam Al-Qur 'an surat Ar-Ruum : Artinya : "Hadapkanlah dirimu dengan keadaan lurus kepada Agama Alloh SWT, atas kesucian Agama Alloh yang telah mewujudkan manusia menurut fitrah itu". Jadi agama Islam itu (fitrah) merupakan pedoman Illahi bagi ummat manusia untuk membina tentang hidup dan kehidupannya di dunia dan di akhirat, bahkan dimana akal pikiran dan perasaan seseorang bebas dari segala macam Khurofat dan Tahayul (penyakit bathin), juga kehendak dan kegiatan pribadi terlepas dari segala belenggu nafsu, dan dari rintangan godaan setan.

Maka dari pada itu ia menjadi manusia yang tidak mau menggantungkan dirinya kepada yang lain, kecuali hanya kepada ALLOH SWT, yang dengan istilah sekarang disebut "Wiraswasta", yaitu orang yang percaya terhadap diri sendiri yang penuh rasa tanggung jawab atas manfaat dan memanfaatkan segala anugerah ALLOH SWT, yang serba lengkap bagi kepentingan sesama manusia dan alam sekitarnya.

Di bumi ini ada tanda-tanda sebagaimana digambarkan oleh Alloh dalam Al-Qur' an : .5) Artinya : "Di muka bumi ada tanda-tanda kebesaran Alloh SWT yang serba lengkap bagi orang-orang yang yakin dan demikian juga didalam dirimu sendiri, kenapakah kamu tidak mau memperhatikan" Q.S1. Adz-Dariyat 20 : 21.

Padahal segala anggota dan amal laku yang dianugerahkan Alloh SWT. akan meminta pertanggung jawaban, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an : Artinya : "Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan hati, begitu juga pandangan perasaan, semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban" Q.S. Al-Isro 36.

Seseorang yang berani bertanggung jawab, baik kepada sesama manusia maupun kepada Allohu Kholiqul Alam, itu dikarenakan kuat imannya dan teguh tauhidnya sehingga mengisi ke dalam hati menyusup ke lubuk jantung, begitu pula meluas serta membekas ke dalam perasaannya. Iman yang mantap inilah yang telah mensucikan jiwa-jiwa para mu'minin, bersih dari sifat-sifat dengki, iri hati, sombong, membanggakan diri ma'siat, kekejaman, kedzoliman dan lain sebagainya.

Dan Iman ini pulalah yang telah mempertinggi cita-cita manusia sehingga dapat memperbaiki kehidupan yang akan membawa kemakmuran, kebahagiaan, kebajikan dan kemajuan dhohir bathin serta keadilan yang merata dan juga dapat memberi kenikmatan dan kebahagiaan kepada seseorang sebagai individu pada khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya, sebagaimana firman Alloh SWT. dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah : 4 : 6 Artinya : "Kamu orang-orang yang beriman, harus menjadi manusia yang saling tolong menolong di atas kebenaran dan ketakwaan".

Kemudian firman-Nya lagi dalam Q.S. Ali Imron : "Mereka o•ang-orang beriman yang memberikan harta bendanya (menolong) baik di waktu lapang maupun di waktu sempit dan kuat menahan amarah juga suka memaafkan kesalahan orang lain, bahwa Allah sayang kepada orang yang berbuat baik". Q.S. Ali-imron 134.
Firman-Nya lagi dalam Q.S. Al-Kahfi 88 Artinya : "Adapun orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka ia akan mendapat pembalasan yang baik. Dan Kami akan sampaikan kepadanya segala sesuatu dengan mudah dari pada urusan Kami "

Unsur-unsur yang menjadi syarat bagi kemajuan lahir bathin dunia dan akhirat hanya bisa didapat dibawah amal laku yang shaleh dengan disertai hati yang tenteram. tenang, khusu' yang dijiwai oleh iman yang mantap kepada Alloh SWT, yang murni dimana manusia-manusianya mendapat inayah dan karunia-Nya, bisa mencapai tingkat kesempurnaan lahir bathin yang di cita-citakan. Jadi hati iman itulah yang harus kita harus pupuk benar-benar, jangan sekali-kali disusupi sikap keragu-raguan, kemunafikan. kesombongan yang jadi pokok utama meraja lelanya penyakit hati, baik dalam mengatur masyarakatnya atau ummatnya.

Alhamdulillah bagaimanapun besar dosa-dosanya, dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh manusia yang hatinya berpenyakit, namun Alloh Maha Pemurah dan Maha Pengampun, telah menjadikan obat yang mustajab untuk menyembuhkan penyakit hati itu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. Artinya : "Ingat kepada Alloh itu menjadi obat yang mustajab guna menyembuhkan segala penyakit hati"

Dan disebut pula dzikir ( ingat kepada Alloh ) itu sebagai resep untuk membersihkannya, seperti sabda Rasululloh SAW. : Artinya : "Sesungguhnya untuk segala perkara itu ada alat pencucinya, sedangkan hati itu adalah dzikir (ingat hati kepada Alloh SWT.) " Jelaslah bahwa sebab dari segala penyakit hati itu adalah Ghoflatun Ilalloh atau lupa kepada Alloh, lupa hati, lupa ingatannya kepada Tuhan, sebab hati dan ingatannya telah ditimbuni melulu oleh yang lain, selain Allah.

Hati dan ingatannya, terisi oleh pamrih lainnya, seperti harta kekayaan, kemuliaan, pangkat serta jabatan, kedudukan, pujian serta sanjungan dll. Dengan ingat selalu kepada Alloh SWT, maka akan memutuskan ingatan buruk kita selain kepada Alloh. Dengan terisi penuhnya hati ingat kepada Alloh akan meredakan, mengurangi malah akan mengikis habiskan buruknya ingatan kepada yang lain, selain Alloh, ingatan yang menjadi tabir pemisah kita dengan Alloh, maka dengan ingat selalu kepadaNya tersingkaplah tabir ingatan hanya kepada yang kekal, kepada siapa kita harus mengabdi.

Pribadi yang terombang ambing karena hati dan ingatannya terkait kepada yang fana yang selalu berubah ini, akan menjadi pribadi yang tenang, terutama karena hati dan ingatannya di hadapkan kepada Alloh sebagai Tuhan seru sekalian alam, Dzat yang kekal dan tidak tunduk kepada perubahan, apabila hati lupa kepada Alloh, menyatakan celah-celah untuk masuknya godaan setan dan bujukan nafsu, dalam Al-Qur' an surat Adz-Dzuhruf : 36 diterangkan demikian : Artinya : "Barang siapa yang berpaling dari pada Alloh, Aku akan mengaitkan dia dengan syetan, maka syetanlah yang menyertai".

Tetapi sebaliknya, orang-orang yang dzikir kepada Allah diterangkan dalam Al-Qur' an surat Ar-Ra' du ayat 28 : Artinya : "Mereka yang beriman itu teguh tetap serta tenang hatinya karena ingat kepada Allah, ketahuilah bahwa ingat kepada Allah itu menenteramkan hati".

Begitu besarnya hikmah dzikrullah itu, terutama dalam membentuk iman dan akhlaqul karimah, sehingga Sayyidina Ali R.A. pernah bertanya kepada Rasululloh, Sebagai berikut : yang artinya : "Ya Rasululloh   tunjukkanlah padaku jalan yang sependek pendeknya agar bisa dekat kepada Alloh dan jalan yang semudah-mudahnya. Dan jalan yang paling utama yang dapat ditempuh oleh hamba-Nya pada sisi Alloh Rasululloh SAW menjawab : "Hendaklah engkau lakukan dzikrulloh yang kekal (Mudaawamatu dzikrullah) ". Sayyidina Ali bertanya : "Bagaimana cara aku berdzikir agar dzikrullah (ingat kepada Allah) dawamya Rasulullah ? ". Pertanyaan Sayyidina Ali RA. yang pertama di jawab oleh Rasululloh secara umum atau teoritis, pertanyaan yang kedua "Bagaimana agar dapat dzikir dawam (kontinue)?", adalah pertanyaan yang lebih khusus, pertanyaan mengenai praktek dzikir, yang diberikan penjelasan dengan praktek pula.

Dari sinilah lahir methode dzikir (Thoreqat Dzikir Zahar dan Khofi) dimana sekarang dikenal dengan Thoreqat Qoodiriyyah Wa Naqsabandiyyah, yang sesungguhnya di zaman sahabat dikenal dengan nama Thoreqat Siddiqiyyah atau Thoreqat Muhammadiyyah. Meneliti dari penjelasan Rasulullah atas pertanyaan Sayyidina Ali RA. adalah untuk dzikir dawam (kontinue) harus melalui dzikir yang diucapkan (dzikir Zahar) dan dzikir yang di tanam di dalam hati dan ingatan (dzikir khofi) agar segala amal laku jasmaniyah rohaniyah kita terhindar dari segala godaan syetan dan nafsu yang merupakan penyakit bathin yang, menimbulkan akhlaq yang tercela. sehingga dapat terjerumus ke jalan yang tidak diharapkan, misalnya bila para remaja, maka mereka menyalah gunakan narkotik dan sebagainya. kalau pedagang maka akan menipu si pembeli, dan lain sebagainya.

Dengan melalui dzikrullah maka kemudian menjelmalah akhlaq yang baik, dikarenakan adanya satu kesatuan antara dzikir yang diucapkan dengan dzikir Yang diingatkan itu dapat memancarkan kebulatan tekad,.dan kemantapan iman tauhid rasa insyaf dan menyerah kepada Alloh SWT. Sebagaimana firman-Nya yang di tandaskan dalam Al-Qur' an surat Ali Imron ayat 135 :  Artinya : "Dan apabila orang-orang itu berbuat ammal Iaku yang keji, lalu mereka ingat (dzikir) kepada Alloh, maka mereka itu insyaf dan menyerah memohon ampunan dari Alloh SWT. atas segala dosa perdosaannya, dan memang siapakah yang akan mengampuni dosa-dosa melainkan Alloh sendiri".

Demikianlah dzikir yang digunakan Sayyidina Ali dan para sahabat lainnya, dikarenakan dzikir itu membina iman, membentengi godaan syetan dan melebur hancurkan sifat kemunafikan (hawa nafsu), sebagaimana Nabi bersabda : Artinya : "Dzikrullah itu ciri kuat iman, yang dapat melebur dari sitat kemunafikan dan merupakan benteng pertahanan dari segala godaan syetan dan menjadi perisai dari panasnya api neraka". (dari Abu Huraerah, Riwayat Tabrani).

Apabila hati selalu diisi dengan dzikrulloh, ingatan ditautkan dengan ingatnya kepada Alloh, maka akan nampak pengaruh dzikir itu pada sikap bathin dan akan menjelma dalam perbuatan yang baik amal laku sebagaimana digariskan dalam perintah Alloh dan Rasul-Nya, maka terwujudlah pribadi mu'min, pribadi hamba Alloh yang berakhlaqul karimah, pribadi mu'min yang mengabdikan dirinya hanya karena mahabbah karena mantapnya iman secara mendalam yang terdorong oleh dzikrulloh terhadap Alloh SWT, sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Rasul : Artinya : "Diperutuh imanmu , dipertebal keyakinanniu dengan memperbanyak ucapan Laa Ilaaha Ilalloh (Dzikrullah)". Begitulah pembinaan aqidah / iman seseorang agar kuat dan yakin, tidak tergoncangkan dan tergoyahkan dari segala godaan syetan dan bujukan nafsu, sehingga Allah menandaskan dalam Al-Qur'an : Artinya : "Ketahuilah bahwa ingat kepada Alloh itu dapat menenteramkan hati".

Jadi aqidah / iman yang mantap kepada Allah harus benar-benar terpelihara, jangan ada keragu-raguan sedikitpun, sebab keyakinan iman itu jadi modal utama yang merupakan tenaga penggerak untuk mengisi dan mendorong dalam segala kegiatan manusia, baik kegiatan untuk pembangunan duniawi, maupun kegiatan pembangunan ukhrowi, demikian juga dalam menyatakan hubungan langsung kepada Alloh SWT (Hablum-minallah) juga diwaktu Hablumminannaas, yaitu mewujudkan "Muamalah" beramal bakti terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya.

Muamalah yaitu beramal bakti yang shaleh, yang ikhlas, yang jujur, yang sepi ing pamrih, lillahita'ala yang selalu tidak lupa kepada Allah dalam segala kegiatannya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur 'an surat Ali Imron : 191 Artinya : "Orang-orang yang beriman dalam segala amal perbuatannya selalu ingat hatinya kepada Allah, baik waktu berdiri, waktu duduk maupun waktu berbaring". Muamalah amal bakti yang selalu tidak lupa kepada Alloh, hatinya tidak munafik, adalah amal bakti yang akan mendapat hasil berlipat ganda, menurut firman Alloh : Artinya : "Barang siapa yang beramal laku shaleh baik pria maupun wanita sedangkan dia itu yakin imannya, pasti Aku akan melimpahkan kehidupan yang baik, yang ,akan dibalas lebih dari pada yang diamalkannya baik di dunia maupun di akhirat ". Q. S. An-Nahl 97).

Malah seorang laki-laki, seorang yang tabah dalam menghadapi suasana, tidak terhalang ingatannya kepada Alloh dalam bekerja, berdagang, berusaha belajar, berjuang serta apapun yang dilakukannya, semuanya itu hanya (karena Alloh semata), seperti dinyatakan oleh Alloh dalam Al-Qur'an : Artinya : "Laki-laki ialah dia yang ingatannya selalu ingat ingat kepada Allah (dzikrullah) tidak tergoncangkan, tidak terpengaruh oleh karena kegiatan perdagangannya dan oleh karena kegiatan jual belinya, sebaliknva istiqomah mendirikan sembahyangnya dan membelanjakan harta bendanya dijalan yang baik".

Kesimpulan ayat tersebut diatas, bahwa orang-orang yang selalu ingat kepada Allah SWT, menyatakan ketekunan dalam peribadahan khususnya melakukan Ibadah Shalat dan Ibadah Zakat yang merupakan inti amal dalam rangka mewujudkan "Ilablumminallah" begitu pula menyatakan amal ibadah dalam rangka "Hablumminnannaas". Mereka selalu tidak tergoyahkan, tergoncangkan dalam segala kegiatannya, walaupun mereka sebagai seorang Karyawan, Hartawan dan Ilmuwan, dikarenakan teguh imannya dan tabah sehingga dapat mengatasi, segala rintangannya.

Segala yang memacu pandangan, mengingatkan dia akan kebesaran Allah sebagai Tuhannya, hatinya memuji kebesaran itu, terlontar dari lidahnya kata-kata Alhamdulillah bila terangsang perasaannya, mengalir dalam ingatannya akan keagungan Allah SWT, hatinya memuji akan nikmat-Nya, maka bergetar lidahnya mengucapkan Wasyukurillah, apabila datang ujian dari Allah atas dirinya, ingatannya mengharap keridloan-Nya dengan ikhlas, di tadahnya hal ini dengan ukiran kata Inna Lillahi wa Innailaihi Rooji 'uun.

Hati yang sedemikian penuh dengan kalimah Allah, jantungnya berdetak ditingkah irama kebesaran dan keagungan Illahi, ingatannya bersyukur memuji Allah, hidupnya seluruhnya diabdikan kepada Alloh, maka menjelmalah dia menjadi pribadi makhluq yang dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji, menyatakan rasa cinta (Mahabbah) kepada Alloh khususnya dan rasa kasih sayang ke sesama manusia dan alam semesta pada umumnya.

Kami kutip ucapan Ulama Tasawuf yang besar Syekh Abdul Qodir Al Jaelani QS. sbb : "Sesungguhnya dzikir itu adalah menjadi sebab wusulnya (sampainya) manusia kepada Allah, dari menjadi sebab pula manusia bisa rasa mahabbah (cinta) kepada-Nya". Oleh karena itu manusia tidak dapat menghindarkan apa yang menjadi kesalahan dan apa yang menjadi kekerasan hati dan begitu pula yang menimbulkan amarah, melainkan manusia yang mengharapkan rahmat Allah dan mengamalkan dzikir kepada-Nya.

Dan Rasulullah pun menganjurkan demikian : Artinya : "Perbanyak oleh kamu sekalian ingat kepada Allah dalam segala amal laku, sesungguhnya tidak ada amal yang menjadikan lebih cinta kepada Alloh SWT, tidak ada amal yang dapat melepaskan abdi Alloh dari pada kejahatan dan kesalahan di dunia dan akhirat, melainkan dzikir kepada Alloh SWT".

Demikian juga sabda Nabi Muhammad SAW :  Artinya "Ciri cinta kepada Alloh, cinta dulu dzikir (Ingat hati) kepada-Nva, sebaliknya cirinya amarah kepada Alloh, ialah orang yang enggan dzikir". Jadi rasa cinta itu suatu sifat yang telah ada pada diri manusia, guna hubungan rasa yang selalu mengikat seseorang, sehingga mewujudkan rasa cinta kepada mahhuk-Nya (kekasih-Nya) dengan diiringi rasa tunduk, patuh., hidmat, setia dan siap melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, dan sanggup akan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Sebab cinta kepada Alloh itu suatu kewajiban dan tugas hidup bagi semua kaum mu' minin dan muslimin. Mengingat firman Alloh dalam Al-Qur' an surat Al-Baqoroh : 165. Artinya : "Orang-orang yang beriman sangat mencintai Alloh SWT.".

Menurut ayat tersebut diatas, bahwa cinta kepada Alloh SWT itu, hendaklah melebihi dari segala cinta terhadap yang maujud, yakni manusia dan alam sekitarnya, disamping rasa cinta kepada Alloh SWT. hendaknya juga cinta terhadap makhluq-Nya, karena beIum tentu seseorang yang mencurahkan rasa cintanya kepada makhluq, akan sampai rasa cintanya kepada Al-Khaliq.

Karena sebenarnya mencintai Allah yang Maha Pencipta itulah merupakan jalan mencapai kebahagiaan dunia sebelum akhirat. Oleh karena itu Alloh SWT. berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imron : 14 : "Manusia itu dihiasi rasa cinta, cinta terhadap istrinya, putra-putranya, kekayaannya yang berupa emas dan perak, kuda yang bagus-bagus, binatang ternak, sawah dan ladang, kesemuanya itu untuk kesenangan di dunia ini, dan pada sisi Alloh-lah sebaik-baiknya tempat kembali".

Kesimpulan : Bahwa hanya dengan mengamalkan dzikir, melanggengkan ingatan kepada Alloh saja yang dapat membentuk pribadi mukmin, muslimin muslimat yang cinta kepada Alloh SWT, yang selalu rnengabdikan dirinya dhohir bathin kepada-Nya, karena orang mukmin dan muslim yang langgeng (dawam) ingatannya kepada Alloh akan merasa dirinya selalu dipimpin oleh Alloh, merasa segala amal lakunya selalu dilihat dan diawasi oleh Alloh SWT. sesuai dengan hadits Nabi : Artinya : "Beribadahlah kamu seakan-akan melihat Tuhaninu, maka jika kamu tidak melihat-Nya (Alloh), sesungguhnya Alloh melihat kamu" (Riwayat Bukhori).

Pribadi yang demikian itu akan membuktikan kebaikan dalam segala hal amal lakunya, hanya dengan pribadi-pribadi demikianlah ketenteraman, kesejahteraan, keamanan masyarakat, bangsa, agama dan negara dapat tercapai. Karena ia merupakan pribadi yang mukmin .yang beraqidahnya keyakinan, yang bersusila, berakhlaq dan bermuamalah, selalu beramal dan berkarya yang positif dan bermanfaat, baik di akhirat di hadapan Alloh SWT sebagai Tuhannya, maupun di dunia terhadap sesama makhluq. Inilah pribadi manusia yang menyatakan ibadah yang utuh, baik dhohirnya maupun bathinnya terhadap Alloh SWT, demikian itulah yang dinamai ber Akhlaqul Karimah yang didasarkan atas Mudawaamatu Dzikrillah.

Mudah-mudahan pribadi yang demikian itu memenuhi dan menyebar di muka bumi pada umumnya dan di seluruh Tanah Air Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 pada khususnya, sehingga dapat mengharumkan Ibu Pertiwi, menjunjung tinggi derajat bangsa dan negara, menuju masyarakat yang Adil Makmur Sejahtera Gemah Ripah Repeh Rapih, serta diridloi Alloh Subhanahu Wa Ta' ala.

Oleh KH Ahmad Shohibul Wafa" Tajul Arifin (Abah Anom)

Amin Ya Robbal 'Aamien. MUDAWAMATU DZIKRILLAH

Bismillaahirrahmaanirrahiem.

Alloh telah mengangkat derajat seseorang manusia, yang mana mereka itu suka mengendalikan HAWA NAFSU, sehingga Nabi pun memandang orang itu sebagai orang-orang yang melakukan "Jihadul Akbar" (perang besar), hal ini telah disabdakan oleh Nabi dikala perang Tabuk : Artinya : "Marilah kita kembali dari perang kecil menuju perang besar, yaitu perang dengan nafsu yang benar-benar musuhmu yang selalu terisi didalam dadamu".

Adapun maksudnya supaya ummat-ummat senantiasa berakhlaqul karimah budi yang mulia atau Akhlaqul Mahmudahl akhlaq yang terpuji, hingga dapat menyingkirkan akhlaqul madzmumah, yakni akhlaq yang tercela dan hina. Orang-orang pandai/cendikiawan berpendapat, terutama ulama-ulama Sufi, sungguh mulia manusia yang selalu bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sebab manusia yang demikian benar-benar tangguh, kuat imannya, ulet menghadapi musuhnya yang menjadi penyakit didalam hatinya,

dimana Alloh SWT. berfirman : Artinya : "Adapun manusia yang diisi penyakit-penyakit bathin (hati), yakni bujukan nafsu godaan setan, seperti takabur, iri dengki, jahat, dendam, serakah, memfitnah dsb. berakibat amal laku yang kotor (yang dapat menimbulkan bencana kepada keluarga dan masyarakat), begitulah memuncak menjadi amal laku yang keji (dapat menimbulkan malapetaka terhadap masyarakat dan negara), bahkan huru-hara kepada seluruh ummat manusia, mereka itu matinya tergolong orang-orang kafir".

Menurut para ahli tafsir : bahwa penyakit hati itu godaan setan dan bujukan nafsu, andaikata manusia mengikutinya maka timbullah daripadanya sifat-sifat buruk (madzmumah), seperti takabur, iri dengki, dan sebangsanya. Kesemua ini akan menimbulkan dampak negatif yaitu sifat kasar dan keji yang dipengaruhi oleh sifat hina, dan akhirnya timbullah masyarakat yang individualistis, dengan pengertian tidak ada lagi hubungan kasih sayang antara satu sama lainnya hilanglah dasar-dasar kegotong-royongan dan saling curiga mencurigai. Kemudian muncullah segala kehinaan, tersia-sialah kebenaran dan merajalelalah segala kebatilan dan kepasidan, sehingga tanda kejelekan dan kerusakan berjangkit ditengah-tengah masyarakat.

Demikianlah gambaran yang telah dijelaskan Al-Qur'an Kalam Qodim Alloh SWT, yang tidak bisa dirubah dan diragukan lagi. Demikian juga terjadinya peperangan fisik yang mengakibatkan terbunuhnya ribuan jiwa. sehingga kehidupan manusia menjadi sengsara dan menderita, ini diantaranya disebabkan tidak dapat mengendalikan hawa nafsu. Juga timbulnya kedzoliman dan kecurangan pun akibat manusia yang dijajah oleh hawa nafsunya atau penyakit hati.

Seandainya keadaan penyakit bathin (hati) dibiarkan berjalan dan berkembang terus, maka pembangunan ummat manusia, khususnya pembangunan bangsa kita akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal terutama tujuan pembangunan bangsa kita adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup yang seimbang antara kemakmuran dzohiriyyah dan kebahagiaan bathinlyyah, kebahagiaan dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat, dengan kata lain sifat pembangunan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah pembangunan yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Tentu saja disamping itupun bisa merembet kepada para remaja sebagai calon penerus di masa datang, sehingga bagi mereka merasa hari depannya suram, kacau dan tak menentu; kadang-kadang mereka juga ingin mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan itu dengan jalan berbahaya menurut pandangan agama dan negara, berbuat yang menyesatkan, yang akibatnya merugikan bangsa dan negara.

Hal ini diantaranya disebabkan oleh orang tuanya sendiri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. : Artinya : "Setiap manusia yang dilahirkan adalah dalam keadaan suci (fitroh), akan tetapi ayah bundanya (pemimpin) yang mewarnai anak itu, hingga jadi Yahudi atau Nasrani dan Majusi" Dengan kata lain ayah bunda (pimpinan) itu yang membawa dan memberi contoh baik buruknya sang putra.

Oleh karena itu kita arahkan dengan ajaran agama yang tepat, bisa meluruskan arah bathin yang telah rusak itu. Karena agama itu merupakan fitrah yang sudah melekat pada manusia semenjak ia dilahirkan, dan telah berurat berakar yang sangat dalam pada jiwanya. Sebagaimana Firman Alloh. SWT. dalam Al-Qur 'an surat Ar-Ruum : Artinya : "Hadapkanlah dirimu dengan keadaan lurus kepada Agama Alloh SWT, atas kesucian Agama Alloh yang telah mewujudkan manusia menurut fitrah itu". Jadi agama Islam itu (fitrah) merupakan pedoman Illahi bagi ummat manusia untuk membina tentang hidup dan kehidupannya di dunia dan di akhirat, bahkan dimana akal pikiran dan perasaan seseorang bebas dari segala macam Khurofat dan Tahayul (penyakit bathin), juga kehendak dan kegiatan pribadi terlepas dari segala belenggu nafsu, dan dari rintangan godaan setan.

Maka dari pada itu ia menjadi manusia yang tidak mau menggantungkan dirinya kepada yang lain, kecuali hanya kepada ALLOH SWT, yang dengan istilah sekarang disebut "Wiraswasta", yaitu orang yang percaya terhadap diri sendiri yang penuh rasa tanggung jawab atas manfaat dan memanfaatkan segala anugerah ALLOH SWT, yang serba lengkap bagi kepentingan sesama manusia dan alam sekitarnya.

Di bumi ini ada tanda-tanda sebagaimana digambarkan oleh Alloh dalam Al-Qur' an : .5) Artinya : "Di muka bumi ada tanda-tanda kebesaran Alloh SWT yang serba lengkap bagi orang-orang yang yakin dan demikian juga didalam dirimu sendiri, kenapakah kamu tidak mau memperhatikan" Q.S1. Adz-Dariyat 20 : 21.

Padahal segala anggota dan amal laku yang dianugerahkan Alloh SWT. akan meminta pertanggung jawaban, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an : Artinya : "Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan hati, begitu juga pandangan perasaan, semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban" Q.S. Al-Isro 36.

Seseorang yang berani bertanggung jawab, baik kepada sesama manusia maupun kepada Allohu Kholiqul Alam, itu dikarenakan kuat imannya dan teguh tauhidnya sehingga mengisi ke dalam hati menyusup ke lubuk jantung, begitu pula meluas serta membekas ke dalam perasaannya. Iman yang mantap inilah yang telah mensucikan jiwa-jiwa para mu'minin, bersih dari sifat-sifat dengki, iri hati, sombong, membanggakan diri ma'siat, kekejaman, kedzoliman dan lain sebagainya.

Dan Iman ini pulalah yang telah mempertinggi cita-cita manusia sehingga dapat memperbaiki kehidupan yang akan membawa kemakmuran, kebahagiaan, kebajikan dan kemajuan dhohir bathin serta keadilan yang merata dan juga dapat memberi kenikmatan dan kebahagiaan kepada seseorang sebagai individu pada khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya, sebagaimana firman Alloh SWT. dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah : 4 : 6 Artinya : "Kamu orang-orang yang beriman, harus menjadi manusia yang saling tolong menolong di atas kebenaran dan ketakwaan".

Kemudian firman-Nya lagi dalam Q.S. Ali Imron : "Mereka o•ang-orang beriman yang memberikan harta bendanya (menolong) baik di waktu lapang maupun di waktu sempit dan kuat menahan amarah juga suka memaafkan kesalahan orang lain, bahwa Allah sayang kepada orang yang berbuat baik". Q.S. Ali-imron 134.
Firman-Nya lagi dalam Q.S. Al-Kahfi 88 Artinya : "Adapun orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka ia akan mendapat pembalasan yang baik. Dan Kami akan sampaikan kepadanya segala sesuatu dengan mudah dari pada urusan Kami "

Unsur-unsur yang menjadi syarat bagi kemajuan lahir bathin dunia dan akhirat hanya bisa didapat dibawah amal laku yang shaleh dengan disertai hati yang tenteram. tenang, khusu' yang dijiwai oleh iman yang mantap kepada Alloh SWT, yang murni dimana manusia-manusianya mendapat inayah dan karunia-Nya, bisa mencapai tingkat kesempurnaan lahir bathin yang di cita-citakan. Jadi hati iman itulah yang harus kita harus pupuk benar-benar, jangan sekali-kali disusupi sikap keragu-raguan, kemunafikan. kesombongan yang jadi pokok utama meraja lelanya penyakit hati, baik dalam mengatur masyarakatnya atau ummatnya.

Alhamdulillah bagaimanapun besar dosa-dosanya, dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh manusia yang hatinya berpenyakit, namun Alloh Maha Pemurah dan Maha Pengampun, telah menjadikan obat yang mustajab untuk menyembuhkan penyakit hati itu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. Artinya : "Ingat kepada Alloh itu menjadi obat yang mustajab guna menyembuhkan segala penyakit hati"

Dan disebut pula dzikir ( ingat kepada Alloh ) itu sebagai resep untuk membersihkannya, seperti sabda Rasululloh SAW. : Artinya : "Sesungguhnya untuk segala perkara itu ada alat pencucinya, sedangkan hati itu adalah dzikir (ingat hati kepada Alloh SWT.) " Jelaslah bahwa sebab dari segala penyakit hati itu adalah Ghoflatun Ilalloh atau lupa kepada Alloh, lupa hati, lupa ingatannya kepada Tuhan, sebab hati dan ingatannya telah ditimbuni melulu oleh yang lain, selain Allah.

Hati dan ingatannya, terisi oleh pamrih lainnya, seperti harta kekayaan, kemuliaan, pangkat serta jabatan, kedudukan, pujian serta sanjungan dll. Dengan ingat selalu kepada Alloh SWT, maka akan memutuskan ingatan buruk kita selain kepada Alloh. Dengan terisi penuhnya hati ingat kepada Alloh akan meredakan, mengurangi malah akan mengikis habiskan buruknya ingatan kepada yang lain, selain Alloh, ingatan yang menjadi tabir pemisah kita dengan Alloh, maka dengan ingat selalu kepadaNya tersingkaplah tabir ingatan hanya kepada yang kekal, kepada siapa kita harus mengabdi.

Pribadi yang terombang ambing karena hati dan ingatannya terkait kepada yang fana yang selalu berubah ini, akan menjadi pribadi yang tenang, terutama karena hati dan ingatannya di hadapkan kepada Alloh sebagai Tuhan seru sekalian alam, Dzat yang kekal dan tidak tunduk kepada perubahan, apabila hati lupa kepada Alloh, menyatakan celah-celah untuk masuknya godaan setan dan bujukan nafsu, dalam Al-Qur' an surat Adz-Dzuhruf : 36 diterangkan demikian : Artinya : "Barang siapa yang berpaling dari pada Alloh, Aku akan mengaitkan dia dengan syetan, maka syetanlah yang menyertai".

Tetapi sebaliknya, orang-orang yang dzikir kepada Allah diterangkan dalam Al-Qur' an surat Ar-Ra' du ayat 28 : Artinya : "Mereka yang beriman itu teguh tetap serta tenang hatinya karena ingat kepada Allah, ketahuilah bahwa ingat kepada Allah itu menenteramkan hati".

Begitu besarnya hikmah dzikrullah itu, terutama dalam membentuk iman dan akhlaqul karimah, sehingga Sayyidina Ali R.A. pernah bertanya kepada Rasululloh, Sebagai berikut : yang artinya : "Ya Rasululloh   tunjukkanlah padaku jalan yang sependek pendeknya agar bisa dekat kepada Alloh dan jalan yang semudah-mudahnya. Dan jalan yang paling utama yang dapat ditempuh oleh hamba-Nya pada sisi Alloh Rasululloh SAW menjawab : "Hendaklah engkau lakukan dzikrulloh yang kekal (Mudaawamatu dzikrullah) ". Sayyidina Ali bertanya : "Bagaimana cara aku berdzikir agar dzikrullah (ingat kepada Allah) dawamya Rasulullah ? ". Pertanyaan Sayyidina Ali RA. yang pertama di jawab oleh Rasululloh secara umum atau teoritis, pertanyaan yang kedua "Bagaimana agar dapat dzikir dawam (kontinue)?", adalah pertanyaan yang lebih khusus, pertanyaan mengenai praktek dzikir, yang diberikan penjelasan dengan praktek pula.

Dari sinilah lahir methode dzikir (Thoreqat Dzikir Zahar dan Khofi) dimana sekarang dikenal dengan Thoreqat Qoodiriyyah Wa Naqsabandiyyah, yang sesungguhnya di zaman sahabat dikenal dengan nama Thoreqat Siddiqiyyah atau Thoreqat Muhammadiyyah. Meneliti dari penjelasan Rasulullah atas pertanyaan Sayyidina Ali RA. adalah untuk dzikir dawam (kontinue) harus melalui dzikir yang diucapkan (dzikir Zahar) dan dzikir yang di tanam di dalam hati dan ingatan (dzikir khofi) agar segala amal laku jasmaniyah rohaniyah kita terhindar dari segala godaan syetan dan nafsu yang merupakan penyakit bathin yang, menimbulkan akhlaq yang tercela. sehingga dapat terjerumus ke jalan yang tidak diharapkan, misalnya bila para remaja, maka mereka menyalah gunakan narkotik dan sebagainya. kalau pedagang maka akan menipu si pembeli, dan lain sebagainya.

Dengan melalui dzikrullah maka kemudian menjelmalah akhlaq yang baik, dikarenakan adanya satu kesatuan antara dzikir yang diucapkan dengan dzikir Yang diingatkan itu dapat memancarkan kebulatan tekad,.dan kemantapan iman tauhid rasa insyaf dan menyerah kepada Alloh SWT. Sebagaimana firman-Nya yang di tandaskan dalam Al-Qur' an surat Ali Imron ayat 135 :  Artinya : "Dan apabila orang-orang itu berbuat ammal Iaku yang keji, lalu mereka ingat (dzikir) kepada Alloh, maka mereka itu insyaf dan menyerah memohon ampunan dari Alloh SWT. atas segala dosa perdosaannya, dan memang siapakah yang akan mengampuni dosa-dosa melainkan Alloh sendiri".

Demikianlah dzikir yang digunakan Sayyidina Ali dan para sahabat lainnya, dikarenakan dzikir itu membina iman, membentengi godaan syetan dan melebur hancurkan sifat kemunafikan (hawa nafsu), sebagaimana Nabi bersabda : Artinya : "Dzikrullah itu ciri kuat iman, yang dapat melebur dari sitat kemunafikan dan merupakan benteng pertahanan dari segala godaan syetan dan menjadi perisai dari panasnya api neraka". (dari Abu Huraerah, Riwayat Tabrani).

Apabila hati selalu diisi dengan dzikrulloh, ingatan ditautkan dengan ingatnya kepada Alloh, maka akan nampak pengaruh dzikir itu pada sikap bathin dan akan menjelma dalam perbuatan yang baik amal laku sebagaimana digariskan dalam perintah Alloh dan Rasul-Nya, maka terwujudlah pribadi mu'min, pribadi hamba Alloh yang berakhlaqul karimah, pribadi mu'min yang mengabdikan dirinya hanya karena mahabbah karena mantapnya iman secara mendalam yang terdorong oleh dzikrulloh terhadap Alloh SWT, sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Rasul : Artinya : "Diperutuh imanmu , dipertebal keyakinanniu dengan memperbanyak ucapan Laa Ilaaha Ilalloh (Dzikrullah)". Begitulah pembinaan aqidah / iman seseorang agar kuat dan yakin, tidak tergoncangkan dan tergoyahkan dari segala godaan syetan dan bujukan nafsu, sehingga Allah menandaskan dalam Al-Qur'an : Artinya : "Ketahuilah bahwa ingat kepada Alloh itu dapat menenteramkan hati".

Jadi aqidah / iman yang mantap kepada Allah harus benar-benar terpelihara, jangan ada keragu-raguan sedikitpun, sebab keyakinan iman itu jadi modal utama yang merupakan tenaga penggerak untuk mengisi dan mendorong dalam segala kegiatan manusia, baik kegiatan untuk pembangunan duniawi, maupun kegiatan pembangunan ukhrowi, demikian juga dalam menyatakan hubungan langsung kepada Alloh SWT (Hablum-minallah) juga diwaktu Hablumminannaas, yaitu mewujudkan "Muamalah" beramal bakti terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya.

Muamalah yaitu beramal bakti yang shaleh, yang ikhlas, yang jujur, yang sepi ing pamrih, lillahita'ala yang selalu tidak lupa kepada Allah dalam segala kegiatannya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur 'an surat Ali Imron : 191 Artinya : "Orang-orang yang beriman dalam segala amal perbuatannya selalu ingat hatinya kepada Allah, baik waktu berdiri, waktu duduk maupun waktu berbaring". Muamalah amal bakti yang selalu tidak lupa kepada Alloh, hatinya tidak munafik, adalah amal bakti yang akan mendapat hasil berlipat ganda, menurut firman Alloh : Artinya : "Barang siapa yang beramal laku shaleh baik pria maupun wanita sedangkan dia itu yakin imannya, pasti Aku akan melimpahkan kehidupan yang baik, yang ,akan dibalas lebih dari pada yang diamalkannya baik di dunia maupun di akhirat ". Q. S. An-Nahl 97).

Malah seorang laki-laki, seorang yang tabah dalam menghadapi suasana, tidak terhalang ingatannya kepada Alloh dalam bekerja, berdagang, berusaha belajar, berjuang serta apapun yang dilakukannya, semuanya itu hanya (karena Alloh semata), seperti dinyatakan oleh Alloh dalam Al-Qur'an : Artinya : "Laki-laki ialah dia yang ingatannya selalu ingat ingat kepada Allah (dzikrullah) tidak tergoncangkan, tidak terpengaruh oleh karena kegiatan perdagangannya dan oleh karena kegiatan jual belinya, sebaliknva istiqomah mendirikan sembahyangnya dan membelanjakan harta bendanya dijalan yang baik".

Kesimpulan ayat tersebut diatas, bahwa orang-orang yang selalu ingat kepada Allah SWT, menyatakan ketekunan dalam peribadahan khususnya melakukan Ibadah Shalat dan Ibadah Zakat yang merupakan inti amal dalam rangka mewujudkan "Ilablumminallah" begitu pula menyatakan amal ibadah dalam rangka "Hablumminnannaas". Mereka selalu tidak tergoyahkan, tergoncangkan dalam segala kegiatannya, walaupun mereka sebagai seorang Karyawan, Hartawan dan Ilmuwan, dikarenakan teguh imannya dan tabah sehingga dapat mengatasi, segala rintangannya.

Segala yang memacu pandangan, mengingatkan dia akan kebesaran Allah sebagai Tuhannya, hatinya memuji kebesaran itu, terlontar dari lidahnya kata-kata Alhamdulillah bila terangsang perasaannya, mengalir dalam ingatannya akan keagungan Allah SWT, hatinya memuji akan nikmat-Nya, maka bergetar lidahnya mengucapkan Wasyukurillah, apabila datang ujian dari Allah atas dirinya, ingatannya mengharap keridloan-Nya dengan ikhlas, di tadahnya hal ini dengan ukiran kata Inna Lillahi wa Innailaihi Rooji 'uun.

Hati yang sedemikian penuh dengan kalimah Allah, jantungnya berdetak ditingkah irama kebesaran dan keagungan Illahi, ingatannya bersyukur memuji Allah, hidupnya seluruhnya diabdikan kepada Alloh, maka menjelmalah dia menjadi pribadi makhluq yang dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji, menyatakan rasa cinta (Mahabbah) kepada Alloh khususnya dan rasa kasih sayang ke sesama manusia dan alam semesta pada umumnya.

Kami kutip ucapan Ulama Tasawuf yang besar Syekh Abdul Qodir Al Jaelani QS. sbb : "Sesungguhnya dzikir itu adalah menjadi sebab wusulnya (sampainya) manusia kepada Allah, dari menjadi sebab pula manusia bisa rasa mahabbah (cinta) kepada-Nya". Oleh karena itu manusia tidak dapat menghindarkan apa yang menjadi kesalahan dan apa yang menjadi kekerasan hati dan begitu pula yang menimbulkan amarah, melainkan manusia yang mengharapkan rahmat Allah dan mengamalkan dzikir kepada-Nya.

Dan Rasulullah pun menganjurkan demikian : Artinya : "Perbanyak oleh kamu sekalian ingat kepada Allah dalam segala amal laku, sesungguhnya tidak ada amal yang menjadikan lebih cinta kepada Alloh SWT, tidak ada amal yang dapat melepaskan abdi Alloh dari pada kejahatan dan kesalahan di dunia dan akhirat, melainkan dzikir kepada Alloh SWT".

Demikian juga sabda Nabi Muhammad SAW :  Artinya "Ciri cinta kepada Alloh, cinta dulu dzikir (Ingat hati) kepada-Nva, sebaliknya cirinya amarah kepada Alloh, ialah orang yang enggan dzikir". Jadi rasa cinta itu suatu sifat yang telah ada pada diri manusia, guna hubungan rasa yang selalu mengikat seseorang, sehingga mewujudkan rasa cinta kepada mahhuk-Nya (kekasih-Nya) dengan diiringi rasa tunduk, patuh., hidmat, setia dan siap melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, dan sanggup akan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Sebab cinta kepada Alloh itu suatu kewajiban dan tugas hidup bagi semua kaum mu' minin dan muslimin. Mengingat firman Alloh dalam Al-Qur' an surat Al-Baqoroh : 165. Artinya : "Orang-orang yang beriman sangat mencintai Alloh SWT.".

Menurut ayat tersebut diatas, bahwa cinta kepada Alloh SWT itu, hendaklah melebihi dari segala cinta terhadap yang maujud, yakni manusia dan alam sekitarnya, disamping rasa cinta kepada Alloh SWT. hendaknya juga cinta terhadap makhluq-Nya, karena beIum tentu seseorang yang mencurahkan rasa cintanya kepada makhluq, akan sampai rasa cintanya kepada Al-Khaliq.

Karena sebenarnya mencintai Allah yang Maha Pencipta itulah merupakan jalan mencapai kebahagiaan dunia sebelum akhirat. Oleh karena itu Alloh SWT. berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imron : 14 : "Manusia itu dihiasi rasa cinta, cinta terhadap istrinya, putra-putranya, kekayaannya yang berupa emas dan perak, kuda yang bagus-bagus, binatang ternak, sawah dan ladang, kesemuanya itu untuk kesenangan di dunia ini, dan pada sisi Alloh-lah sebaik-baiknya tempat kembali".

Kesimpulan : Bahwa hanya dengan mengamalkan dzikir, melanggengkan ingatan kepada Alloh saja yang dapat membentuk pribadi mukmin, muslimin muslimat yang cinta kepada Alloh SWT, yang selalu rnengabdikan dirinya dhohir bathin kepada-Nya, karena orang mukmin dan muslim yang langgeng (dawam) ingatannya kepada Alloh akan merasa dirinya selalu dipimpin oleh Alloh, merasa segala amal lakunya selalu dilihat dan diawasi oleh Alloh SWT. sesuai dengan hadits Nabi : Artinya : "Beribadahlah kamu seakan-akan melihat Tuhaninu, maka jika kamu tidak melihat-Nya (Alloh), sesungguhnya Alloh melihat kamu" (Riwayat Bukhori).

Pribadi yang demikian itu akan membuktikan kebaikan dalam segala hal amal lakunya, hanya dengan pribadi-pribadi demikianlah ketenteraman, kesejahteraan, keamanan masyarakat, bangsa, agama dan negara dapat tercapai. Karena ia merupakan pribadi yang mukmin .yang beraqidahnya keyakinan, yang bersusila, berakhlaq dan bermuamalah, selalu beramal dan berkarya yang positif dan bermanfaat, baik di akhirat di hadapan Alloh SWT sebagai Tuhannya, maupun di dunia terhadap sesama makhluq. Inilah pribadi manusia yang menyatakan ibadah yang utuh, baik dhohirnya maupun bathinnya terhadap Alloh SWT, demikian itulah yang dinamai ber Akhlaqul Karimah yang didasarkan atas Mudawaamatu Dzikrillah.

Mudah-mudahan pribadi yang demikian itu memenuhi dan menyebar di muka bumi pada umumnya dan di seluruh Tanah Air Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 pada khususnya, sehingga dapat mengharumkan Ibu Pertiwi, menjunjung tinggi derajat bangsa dan negara, menuju masyarakat yang Adil Makmur Sejahtera Gemah Ripah Repeh Rapih, serta diridloi Alloh Subhanahu Wa Ta' ala.

Oleh KH Ahmad Shohibul Wafa" Tajul Arifin (Abah Anom)

Amin Ya Robbal 'Aamien.

POHON SUMBANGAN DERMA

Assalamualaikum wbt...

Kami dari KOMPLEKS TARBIYAH TAJUL ARIFFIN . Kampung Pantai Damat , Bachok, Kelantan .  Memohon sumbangan/Derma/Zakat dari orang ramai untuk menyiapkan masjid berserta pondok untuk penginapan para pelajar.

Sehubungan itu tuan/puan , datok/datin , tan sri/ puan sri yang berhajat untuk menderma atau memberi sumbangan  boleh lah memasukkan kedalam akaun berikut : 

“KOMPLEKS TARBIYYAH MASJID TAJUL ARIFFIN” (AK. No. 03-018-02-139182-4) BANK ISLAM MALAYSIA BERHAD, atau (AK. No: 553083202503) (MAYBANK BACHOK) atau (0308-0000378-10-1) (CIMB ISLAMIK BANK).

Sebarang pertanyaan boleh la menghubungi :

Ustad Sharifuddin Noh : 019-948 9094 ( Pengerusi Kompleks Tarbiyah Tajul Ariffin [ KTTA] )

Semoga dengan sedekah jariah tuan puan mendapat keberkatan  dari Allah dan di limpahkan rezeki yang melimpah ruah.

( setiap share atau pengkongsian akan mendapat pahala yang berlipat ganda ) sila share atau kongsi sebanyak mungkin . Terima kasih.

KELEBIHAN BERSEDEKAH

KELEBIHAN SEDEKAH

```Jika seseorang itu memberi sedekah, dan dia tahu bahawa sedekahnya itu sampai kpd Allah SWT dahulu sebelum orang yang disedekahkannya, maka dia akan mendapat kegembiraan dalam pemberiannya.

Adakah kamu tahu antara kebaikan2 sedekah itu?

Sila ambil perhatian kepada points number 17 hingga 19

Rujukan dari hadis2

1. Sedekah adalah salah satu pintu untuk menuju ke Syurga Allah SWT

2. Sedekah ialah perbuatan yang paling mulia antara semua perbuatan kebaikan dan sedekah yang paling baik adalah dgn memberi makanan kepada orang

3. Sedekah akan dihisab pada hari Kiamat dan sedekah akan Inn Syaa Allah menjauhi  api neraka jahanam

4. Sedekah mampu memadamkan kemurkaan Allah SWT dan mampu memadamkan kepanasan di dalam kubur

5. Perkara yang paling memberi keuntungan kepada orang2 yang telah meninggal dunia adalah sedekah dan Allah SWT akan sentiasa memanjangkan pahala dari sedekah tersebut

6. Sedekah mampu mensucikan roh dan menambah pahala kebaikan

7. Sedekah adalah salah satu cara untuk mendapat kebahagiaan di hari Kiamat dihadapan Allah SWT

8. Sedekah boleh menyelamatkan diri dari celaka di hari Kiamat dan tidak akan membuat anda sengsara disebabkan masa lampau anda

9. Sedekah mampu menghapuskan dan diampunkan dari dosa2 yang telah dibuat

10. Sedekah adalah kepastian untuk meninggal dunia dalam keimanan serta ketakwaan terhadap Allah SWT dan malaikat akan mendoakan kebaikan kepada anda

11. Orang2 yang memberi sedekah ialah orang2 yang baik dan sesiapa yang terlibat dalam melakukan kebaikan tersebut akan diberi ganjaran oleh Allah SWT

12. Orang yang memberi sedekah dijanjikan akan mendapat ganjaran yang hebat dari Allah SWT Inn Syaa Allah

13. Orang yang memberi sedekah adalah tergolong dari golongan orang2 yang disayang oleh masyarakat

14. Memberi sedekah adalah perbuatan yang mulia dan dihormati

15. Sedekah mampu melepaskan anda drpd kesusahan dan doa2 akan dimakbulkan Allah SWT Inn Syaa Allah

16. Sedekah mampu menghapuskan kesulitan hidup dan ditutup 70 pintu kecelakaan di dunia

17. Sedekah mampu memanjangkan umur seseorang itu dan boleh memberi kejayaan hidup

18. Sedekah adalah ubat

19. Sedekah mampu menolong anda dari kecurian, kematian yang dahsyat dan hina, kebakaran dan lemas

20. Sedekah ialah ganjaran yang baik meskipun anda memberi kepada binatang2 atau burung2.